Kamis, 02 April 2015

PRIDE AND PREJUDICE, NOVEL KLASIK YANG (MASIH) ASYIK

Iya, iya, oke, aku tahu.
Blog-ku udah lumutan saking lamanya gak di update ;). *bersih -bersih pake sikat.
Setelah lama hibernasi (bukan lama lagi namanya), bangun-bangun aku mulai dengan mengulas satu novel yang udah lama juga selesai aku baca. Dan berhubung aku suka novel dengan genre romance, especially Historical Romance, yang akan aku ulas, buku yg ini....



Tebal banget. Meski harus sabar bacanya, tapi aku, seneng, kok. Endingnya bikin puas. Secara, males banget, kan, ya, kalau udah baca tebel-tebel gini, ternyata sad ending. :) 
Gaya nulis Mbak Jane Austen ini, memang agak membosankan. Kebanyakan narasi, minim dialog. Kalau pun ada dialog, panjang-panjang juga. Agak kaku. Sesuai dgn jamannya mungkin. Tapi, penggambaran karakter tokoh-tokohnya bagus. Jadi, tetap enak dibaca
Karakter Elizabeth Bennet menyenangkan. Cerdas, tegar, ceria meski gampang menghakimi. Karakter yang bikin sebel, ibunya Lizzie, matre. Eh juga, adik dan kakak Mr. Bingley. Sama matrenya. Jgn lupa Si Antagonis Mr. Wickham. Suka mengincar gadis kaya buat numpang hidup, meski akhirnya malah dapat Lydia Bennet, yg gak begitu kaya. 
Sedangkan Mr. Darcy, udah kaya, masih muda, ganteng lagi. :) Yah, emang, sih, sama-sama suka menghakimi, kayak Lizzie. Tapi itu karena dia memang kurang mengenal betul obyek pengamatannya. Pada dasarnya dia baik hati, sayang karena pendiam dan kurang bisa bergaul, jadi lebih sering disangka sombong.
Kakaknya Lizzie, Jane, digambarkan berwatak kelewat baik. Sampai gak pernah bisa berprasangka buruk sama orang lain. 
Intinya, baca buku ini sungguh menyenangkan. Bisa berkelana ke jaman Regency di Inggris sono. Saat kelakuan baik dan reputasi merupakan hal yang penting. Sekali aja, berbuat buruk, maka akan susah mengembalikan reputasi. Di saat para prianya gak bisa seenaknya pegang-pegang perempuan tanpa ada akibat lanjutan. Yah, beda bener, kan, ya, dgn jaman sekarang. Direkomendasikan buat yg suka kisah cinta manis romantis, sabar dan tahan dgn gaya penulisan yg penuh narasi di buku ini. 

2 komentar:

  1. wah idem nih saya juga ga suka kalau sad ending hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah, kita kan baca buku biar terhibur, kalau malah sad ending, rasanya, kok kurang puas, ya. :) Apalagi kalau bukunya tebel.

      Hapus

‘ALIF LAM MIM’, BUKAN FILM LAGA BIASA

“We Control Everything” Sejak tahun lalu aku sudah dengar soal film ‘3’. Film yang hanya sempat beredar seminggu untuk kemudian, tanp...